Pages

Sunday, August 24, 2014

Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc : Green Arsitektur Hutan Indonesia

Oleh: DR. Ir. YETTI  RUSLI, MSc.
(yetti.rusli@gmail.com; http://www.forestforlife.web.id)

1.   Hutan Indonesia perlu diselamatkan secara professional dengan landasan ilmiah dan empiris, tidak hanya terhanyut isu dan tanggapan sentimentil dunia yang pada beberapa tahun belakangan berkembang pembicaraan sepihak bahwa hutan Indonesia menjadi sumber emisi. Pandangan tersebut sangat tidak adil dan berpotensi menutup solusi cerdas yang dapat di sumbangkan oleh hutan Indonesia.
2.   Secara legal konstitusi, hutan menempati wilayah daratan Indonesia lebih kurang 65%, merupakan modal kebangkitan ekonomi Indonesia yang dapat menyentuh lapis akar rumput sampai ekonomi nasional dan global. 
3.   Selain manfaat hutan yang sudah dikenal umum (ekosistem, kayu dan nonkayu), hutan Indonesia dapat menjadi solusi mengatasi krisis dan subsidi energi nasional yang setiap tahun meningkat tanpa terselesaikan.  Kemampuan tersebut dapat berkembang sampai penguasaan pasar dunia energi berbasis biomasa kayu dengan menanam lahan marginal terbengkalai dengan jenis kayu energi (kayu bakar) dan dengan cara tanam Short Rotation Coppice System (SRC) atau tanam tebang trubus.  SRC ini dapat menghasilkan biomasa siap digunakan hanya dalam waktu 1 tahun dan bisa terus menerus dipanen selama 20-30 tahun dengan hasil berkali lipat dibanding sistem tanam konvensional. Sampai saat ini pembangunan kehutanan konvensional belum menyentuh inovasi dan potensi tersebut.

4.   Teknik SRC juga dapat digunakan menggerakkan penanaman lahan marginal dan terlantar di luasan 65% daratan Indonesia, dan dengan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan biomasa untuk beragai keperluan. Teknik SRC seyogyanya juga digunakan untuk tanaman pulp dan paper dan kebutuhan biomasa lainnya sehingga produktivitas dapat ditingkatkan dengan berlipat ganda.
5.   Dengan modal dasar yang ada dan dukungan sinergitas penyelesaian kebutuhan energi nasional serta mengatasi subsidi energi, di percaya bahwa hutan Indonesia dengan menanam kayu energi di lahan kosong dengan sistem SRC, mampu dikembangkan menjadi solusi ekonomi dan pembangunan nasional dalam waktu singkat. Periksa link berikut http://www.linkedin.com/groups/Indonesia-could-be-one-biggest-4110549.S.5819305708406988801 “Indonesia could be one of the biggest producer of biomass for energy worldwide”.  Didukung sistem SRC yang hanya butuh waktu 1 tahun sudah dapat menghasilkan biomasa siap digunakan dengan teknologi pilihan berbasis biomasa padat maupun gas (mulai dari teknologi sederhana sampai teknologi terkini).

6.   Sebagaimana publikasi FAO tentang hutan dan bumi 300 tahun kedepan (http://www.fao.org/docrep/018/i3364e.pdf) bahwa tantangan hutan kedepan sekaligus peluang adalah dalam memenuhi kebutuhan:
      - lahan (deforestasi)
- air bersih
- sumber genetic (biodiversity protection)
- simpanan karbon (biomasa)
- sumber energi terbarukan dan bahan baku produk lainnya dari biomasa kayu
      Peluang diatas mutlak perlu didukung oleh teknologi (termasuk nano teknologi) dan governance.

7.   Modifikasi dan pengembangan pengelolaan hutan lestari juga dapat dibangkitkan melalui pembangunan kehutanan rendah karbon dan konservasi karbon hutan (peluang green investasi dan pasar karbon) yang juga menjadi harapan dunia.

8.   Pengelolaan hutan Indonesia tidak bisa diabaikan oleh masyarakat apalagi pemerintah, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dimana jarak antara pantai relatif dekat dan diantaranya terdapat lereng dan gunung. Untuk keberlanjutan pembangunan, kehidupan dan ketahanan terhadap perubahan iklim (adaptasi) pada kondisi geomorfologi demikian, menuntut sistem penataan ruang dilakukan dengan cermat.  Pepohonan dan hutan merupakan penutup bumi yang terbaik, dan landscape tersebut dengan kriteria yang jelas telah dikenal dalam tataruang fungsi hutan yaitu Hutan Konservasi dan Hutan Lindung (dilarang oleh undang-undang menebang pohon), Hutan produksi (untuk budidaya) dan Hutan yang berada pada Areal Penggunaan Lain.

Butir diatas semakin menarik lagi ketika berbicara perubahan iklim dan kehutanan dimana secara nyata sampai saat ini, bahwa media publik global bahkan nasional cenderung dan terkesan mengedepankan kerusakan hutan Indonesia.  Banyak media melihat hutan seolah-olah hanya sumber bencana tanpa makna dan tanpa nilai potensi apapun untuk bangsa.  Alangkah ruginya bangsa ini jika yang dipahami hanya persoalan dan petaka.  Beberapa dokumen-dokumen intervensi pada sidang perubahan iklim PBB (UNFCCC – United Nations Framework Convention on Climate Change) yang berisikan penjelasan berimbang sesuai fakta dan tidak hanya di tuduh sebagai petaka dan sumber emisi antara lain dapat diperiksa pada link berikut ini http://unfccc.int/files/meetings/bonn_apr_2013/application/pdf/ws2_workshop_programme_landuse.pdf. 

Secara berimbang hutan Indonesia adalah obat untuk perubahan iklim dengan memahami fotosintesa (menyerap CO2 Gas Rumah Kaca dari atmosfir) selama 11 jam setiap hari dan sepanjang tahun. Tulisan hutan dan perubahan iklim dapat diperiksa melalui alamat http://goo.gl/N8ndkt . Bagaimana kebijakan nasional dan dunia bidang kehutanan yang dapat mendorong secara optimal kemampuan geografis, demografi, dengan insentif GREEN DEVELOPMENT bisa didudukkan pada tempatnya. 

Hutan dalam Green Arsitektur Pembangunan telah pula menjadi bukti ketika kami menginisiasi dan memperjuangkan Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan (ketika pak JK menjadi Wapres Kabinet Indonesia Bersatu).  Bahwa kebutuhan pembangunan bidang tambang dapat digerakkan dan diatur melalui insentif dan disinsentif PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) sehingga dengan ketentuan tersebut memaksa pelaku untuk menerapkan good practice mining di kawasan hutan. Info terkini pada alamat http://industri.bisnis.com/read/20140225/99/205771/pemerintah-naikkan-tarif-pnbp-kehutanan.

Berikutnya hasil pemikiran biomasa energi telah pula diterapkan di Kabupaten Bangkalan Madura melalui tanaman kaliandra merah seluas 214 hektar dengan sistem SRC dan sudah dipanen perdana untuk percobaan olahan pellet kayu. Dapat dilihat antara lain di http://www.thejakartaglobe.com/news/indonesia-can-develop-biomass-energy/ 
Pada intinya bahwa Green Arsitektur Hutan Indonesia yang luasnya secara konstitusi lebih besar dari setengah luas daratan atau seluas 133 juta hektar, adalah menjadi peluang dan penopang kebangkitan ekonomi Indonesia rendah karbon, menjangkau ekonomi lokal masyarakat sampai pada lapis akar rumput dalam konteks pemerataan dan mengatasi kemiskinan, solusi kebutuhan energi dan subsidi energi nasional, serta sumber peluang pasar dunia energi biomasa kayu dan green produk lainnya.
Kepada publik, terutama rimbawan sangat dianjurkan untuk melihat arsitektur hutan dunia 300 tahun yang akan datang untuk kehidupan dan penyelamatan bumi yang ditulis pakar kehutanan dunia melalui link publikasi FAO http://www.fao.org/docrep/018/i3364e.pdf ;http://www.unece.org/fileadmin/DAM/timber/meetings/20131209/2-Forests_in_300_years.pdf dan http://www.rightsandresources.org/wp-content/uploads/Juergen-Blaser_Forests-in-300-years2_pdf.

Sebagai penutup, berikut sekelumit kisah perjalanan anak desa yang kemudian memilih menjadi rimbawan sejati sebagai profesinya dapat dilihat dari wawancara dengan Ibu Suhariyanto (relawan Rimbawan Salam Dua Jari) ditulis dua tahun silam dalam majalah Rimbawani No. 18 April 2012 ISSN 1412-8179  melalui link berikut : http://www.forestforlife.web.id/2013/07/dr-ir-yetti-rusli-msc.html 

Semoga bermanfaat dalam ridhoNYA.
Jakarta Juli 2014.
 
Download file dalam bentuk pdf : https://www.mediafire.com/?32n8sbuad67cn53

0 comments:

Post a Comment

Silakan memberikan komentar :) terimakasih sudah berkunjung ke forestforlife.web.id