Pages

Hutan Kunci Bagi Sasaran Pembangunan

Hutan dunia memainkan perang penting dalam peralihan ke ekonomi hijau, tapi pemerintah perlu berbuat lebih banyak guna menjamin hutan tersebut dikelola secara berkelanjutan

Pelet Kayu, Bahan Bakar Alternatif Rendah Emisi

Penggunaan wood pellet (pelet kayu) sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil untuk industri besar, kecil, dan rumah tangga menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan dengan minyak tanah dan gas.

COP19 Warsawa : Indonesia Paparkan Inisiatif Hijau Dalam Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung

"Green Initiatives on Protected Forest, Production Forest and National Parks" COP-19/CMP-9 UNFCCC, Warsawa, Polandia (15/11/2013).

Forest Landscape Restoration: Enhancing more than carbon stocks

ITTO co-hosted a discussion forum on “Forest Landscape Restoration: Enhancing more than carbon stocks” at Forest Day 6, convened during UNFCCC COP18 in Doha, Qatar.

Sunday, August 24, 2014

Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc : Green Arsitektur Hutan Indonesia

Oleh: DR. Ir. YETTI  RUSLI, MSc.
(yetti.rusli@gmail.com; http://www.forestforlife.web.id)

1.   Hutan Indonesia perlu diselamatkan secara professional dengan landasan ilmiah dan empiris, tidak hanya terhanyut isu dan tanggapan sentimentil dunia yang pada beberapa tahun belakangan berkembang pembicaraan sepihak bahwa hutan Indonesia menjadi sumber emisi. Pandangan tersebut sangat tidak adil dan berpotensi menutup solusi cerdas yang dapat di sumbangkan oleh hutan Indonesia.
2.   Secara legal konstitusi, hutan menempati wilayah daratan Indonesia lebih kurang 65%, merupakan modal kebangkitan ekonomi Indonesia yang dapat menyentuh lapis akar rumput sampai ekonomi nasional dan global. 
3.   Selain manfaat hutan yang sudah dikenal umum (ekosistem, kayu dan nonkayu), hutan Indonesia dapat menjadi solusi mengatasi krisis dan subsidi energi nasional yang setiap tahun meningkat tanpa terselesaikan.  Kemampuan tersebut dapat berkembang sampai penguasaan pasar dunia energi berbasis biomasa kayu dengan menanam lahan marginal terbengkalai dengan jenis kayu energi (kayu bakar) dan dengan cara tanam Short Rotation Coppice System (SRC) atau tanam tebang trubus.  SRC ini dapat menghasilkan biomasa siap digunakan hanya dalam waktu 1 tahun dan bisa terus menerus dipanen selama 20-30 tahun dengan hasil berkali lipat dibanding sistem tanam konvensional. Sampai saat ini pembangunan kehutanan konvensional belum menyentuh inovasi dan potensi tersebut.

Thursday, August 21, 2014

Yetti Rusli : Kemenhut Ingin Kembali Menjadi Prime Mover Ekonomi Indonesia

KBRN, Jakarta: Kementerian Kehutanan (Kemenhut) optimis dapat kembali menjadi prime mover atau penggerak utama ekonomi Indonesia, seperti pada saat Hak Pengusahaan Hutan (HPH) baru digulirkan pemerintah.

Pasalnya, banyak sumber daya hutan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa, seperti persoalan bahan bakar minyak (BBM) yang mengharuskan pemerintah menyediakan dana subsidi tidak sedikit untuk menekan harga bahan bakar dari energi fosil itu.

Bappenas Dukung Kemenhut Kembangkan Wood Pellet

KBRN, Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendukung upaya-upaya Kementerian Kehutanan untuk pengembangan energi terbarukan  (renewable energy) dalam memenuhi kebutuhan energi baik untuk rumah maupun industri.

Hal itu diungkapkan Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Wahyuningsih Darajat, dalam Diskusi Nasional Perubahan Iklim yang digelar Kementerian Kehutanan di Jakarta, Senin (18/8/2014).

Kendala dan Manfaat Energi Biomassa Kayu di Indonesia

 KBRN, Jakarta : Peluang biomassa kayu di Indonesia cukup menjanjikan, sebagai salah satu solusi tantangan krisis energi nasional.

Kayu dari sumber daya hutan yang berkelanjutan, dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar solid atau padat, bahan bakar cair, maupun dibuat menjadi gas.

Andreas Dewatmoko, salah satu deklarator Masyarakat Pegiatan Biomassa Energi Hutan Indonesia (MPBEHI) mengungkapkan, secara kuantitas jumlah biomassa kayu di Indonesia belum dapat dihitung, namun secara perkiraan kasar dapat mencapai 30 juta ton.

Tuesday, August 19, 2014

Kemenhut Meminta Pers Tidak Hanya Soroti Soal Emisi dan Kerusakan Hutan

KBRN, Jakarta: Kementerian Kehutanan (Kemenhut) berharap pers tidak hanya menyoroti masalah emisi dan kerusakan hutan, namun juga mengimbanginya dengan menyampaikan berbagai informasi mengenai peran kehutanan dalam pembangunan.

“Mudah-mudahan teman-teman dari pers mengimbangi informasi ini. Terutama informasi global itu pokoknya yang disorot adalah emisi, hutan dan emisi, hutan dan kerusakan,” ungkap Staf Ahli Menteri Kehutanan bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim, Yetti Rusli, usai menggelar Diskusi Nasional Perubahan Iklim di Jakarta, Senin (18/8/2014).

Friday, August 15, 2014

Kesatuan Pengelolaan Hutan Jawaban bagi Keberlanjutan Program REDD+?

Proyek kerjasama teknis IJ-REDD+ antara Kementerian Kehutanan Indonesia dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) sudah berjalan selama 1 tahun, sejak 2013. Kerjasama ini bertujuan untuk membantu pengembangan mekanisme REDD+ dan menyiapkan prakondisi di Indonesia melalui pendekatan integrasi pada tingkat nasional, sub nasional dan lapangan. Target proyek IJ-REDD+ adalah Provinsi Kalimantan Barat meliputi Kabupaten Pontianak dan Ketapang, dan Provinsi Kalimantan Tengah yaitu di Kabupaten Kayong Utara dan Kubu Raya.   Kerjasama ini menargetkan empat kawasan hutan di Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Pontianak dan Ketapang. Termasuk didalamnya adalah kawasan Taman Nasional Gunung Palung yang berada di Kabupaten Ketapang.

COP19/CMP9 tahun 2013 TERSUKSES untuk REDD+: Citius, Altius, Fortius

Penulis : Nurmasripatin, Yetti Rusli dan Kirsfianti Ginoga

Peran sektor kehutanan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan adalah untuk menyelenggarakan pengelolaan hutan yang lestari baik dalam aspek produksi (ekonomi), aspek sosial dan lingkungan. Selain itu sektor kehutanan juga dihadapkan pada tantangan dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), peningkatan stok karbon dan penyerapan GRK sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011.

Pada COP 19/CMP19 yang diselenggarakan pada tanggal 11 sampai dengan 23 November 2013 di Warsawa, isu kehutanan merupakan agenda persidangan yang paling berhasil dalam hal pencapaian jumlah keputusan.

Saturday, August 9, 2014

Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc Deklarasikan Masyarakat Pegiat Biomassa Hutan Indonesia (MAPEBHI)

Pada 22 Juli 2014, bertepatan dengan hari pengumuman  hasil pilpres 2014, di Kantor Dewan Energi Nasional telah dideklarasikan LSM yang bergerak di bidang hutan dan energi dengan nama MAPEBHI (Masyarakat Pegiatan Biomassa Energi Hutan Indonesia). Para deklarator antara lain adalah Prof. Dr.Ir. Syamsir Abduh, Dr. Yetty Rusli, Ir. Nanang R. Ahmad, Andreas Dewatmoko, dll.

Pemanasan Global telah menjadi iklim "normal"

Oslo (ANTARA News) - Pemanasan global telah berlangsung sangat lama sehingga kebanyakan orang bahkan tidak dilahirkan saat suhu Bumi lebih dingin dibandingkan suhu rata-rata pada 1985, kondisi yang mengubah pendapat mengenai iklim "normal", kata beberapa ilmuwan.