Pages

Hutan Kunci Bagi Sasaran Pembangunan

Hutan dunia memainkan perang penting dalam peralihan ke ekonomi hijau, tapi pemerintah perlu berbuat lebih banyak guna menjamin hutan tersebut dikelola secara berkelanjutan

Pelet Kayu, Bahan Bakar Alternatif Rendah Emisi

Penggunaan wood pellet (pelet kayu) sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil untuk industri besar, kecil, dan rumah tangga menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan dengan minyak tanah dan gas.

COP19 Warsawa : Indonesia Paparkan Inisiatif Hijau Dalam Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung

"Green Initiatives on Protected Forest, Production Forest and National Parks" COP-19/CMP-9 UNFCCC, Warsawa, Polandia (15/11/2013).

Forest Landscape Restoration: Enhancing more than carbon stocks

ITTO co-hosted a discussion forum on “Forest Landscape Restoration: Enhancing more than carbon stocks” at Forest Day 6, convened during UNFCCC COP18 in Doha, Qatar.

Thursday, November 28, 2013

Indonesia Optimis Capai Target Penurunan Emisi Tahun 2020 Lebih Cepat

 Di tengah makin tingginya tingkat ancaman kelestarian lingkungan dan kebutuhan akan tetap tumbuhnya perekonomian demi kesejahteraan, penerapan ekonomi hijau atau green economy yang diprakarsai oleh Kementerian Kehutanan memang menjadi sebuah jawaban.

Komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi GRK nasional sebesar 26% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan dukungan dunia internasional pada tahun 2020 tidaklah main-main. Terbukti dengan penerbitan Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Selain itu dicanangkan pula target penurunan emisi GRK sebesar 0,767 Giga ton Co2-e.



Pemerintah kemudian melimpahkan sebagian besar target penurunan ini ke sektor Kehutanan dan Lahan Gambut, yaitu sebesar 0,672 Giga ton CO2-equivalen atau sebesar 87,60% dari target nasional. Kementerian Kehutanan memotori berbagai program untuk mencapai target penurunan emisi GRK 2020, diantaranya dengan memulai Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon Per Tahun (One Billion Indonesia’s Trees/OBIT) dan pengurangan deforestasi.

Program ini menjadi tumpuan karena pohon memang mesin alam atau jantung bumi yang mampu mengubah Karbondioksida (CO2) yang diserap dari udara menjadi Oksigen (O2) yang dilepas ke udara melalui proses fotosintesis. Agar kedua fungsi hutan ini berjalan optimal, Kementerian Kehutanan menggulirkan berbagai kebijakan seperti moratorium penerbitan izin baru konversi hutan alam primer dan lahan gambut, konservasi hutan, penegakan hukum dan pengendalian kebakaran hutan, pembalakan liar, penggunaan dan pelepasan kawasan hutan non prosedural dan penyelesaian konflik tenurial lahan hutan. Sementara upaya lain juga kerap dilakukan dengan meningkatkan daya serap karbon melalui rehabilitasi hutan dan penanaman pohon.

Tahukah Anda bahwa tak hanya berdampak aktif terhadap penyelamatan bumi, gerakan penanaman pohon ini juga mampu menopang pertumbuhan ekonomi atau yang lebih dikenal dengan istilah green economy? Simak saja kisah Ahmad yang sebelumnya berprofesi sebagai penghulu di Kampung Cugah, Lampung, mengaku bahwa pohon sengon yang ditanamnya sejak tujuh tahun yang lalu kini memiliki nilai jual yang tinggi, “Setiap meter kubik harganya sekitar Rp600.000-Rp700.000 di tempat. Padahal, saya tidak perlu melakukan perawatan. Jadi, harga tersebut jelas tinggi sekali,” jelasnya.

Berbagai kebijakan dan program tersebut berhasil menurunkan laju deforestasi cukup drastis yang pada periode tahun 1990-2000 mencapai angka tertinggi 3,51 juta hektar/tahun. Hingga kini, laju deforestasi yang tercatat berkurang menjadi 450 ribu hektar/tahun. Tidak hanya mampu menurunkan emisi dari sumbernya langsung, yaitu melalui pengurangan deforestasi, namun Kementerian Kehutanan juga mampu untuk menyerap Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai Emission Sink atau Sequestration.



Mengacu pada data di periode 2000-2006, laju deforestasi sebesar 1,125 juta ha/tahun, sedangkan penurunan deforestasi hanya sebesar 0,675 juta ha/tahun. Jika asumsi potensi volume 1 ha adalah 197m3 setara dengan 725 ton CO2e, maka penurunan emisi yang terjadi akibat penurunan laju deforestasi tersebut adalah sebesar 0,489 Giga ton CO2e = 489 juta ton CO2e. Dengan kata lain hasil ini mencapai 63,8% dari target RAN-GRK Nasional (767 juta ton CO2e atau penurunan 26% pada 2020) yang telah ditetapkan dalam PERPRES No. 61 Tahun 2011.


Hasil membanggakan ini semakin diperkuat dengan Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon Per Tahun (One Billion Indonesia’s Trees/OBIT) yang menambah jumlah penurunan emisi. Total hasil penanaman pohon hingga Oktober 2013 sebanyak 5,54 Milyar pohon. Jumlah tersebut menyerap karbon sebanyak 44 juta ton CO2e yaitu 5,8 % dari target 767 juta ton CO2e (26% tahun 2020).

Dengan demikian jumlah penurunan emisi karbon dari hasil upaya penurunan deforestasi dan penanaman pohon mencapai angka 533 juta ton CO2e yaitu 69,4% dari target 2020.

Pencapaian ini membuat Indonesia semakin optimis memenuhi komitmen penurunan emisi lebih cepat dari target waktu yang ditetapkan. Mari kita terus mendukung program Kementerian Kehutanan demi kelangsungan kita bersama.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs http://www.dephut.go.id . (adv)

Wednesday, November 27, 2013

Konferensi iklim sepakati pengurangan buangan gas rumah kaca

Warsawa (ANTARA News) - Wakil pemerintah yang menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB di Warsawa, Jumat (22/11), menyepakati serangkaian keputusan mengenai cara mengurangi buangan gas rumah kaca akibat penggundulan dan degradasi hutan.



Kesepakatan mengenai apa yang disebut gagasan REDD+ tersebut didukung oleh janji 280 juta dolar AS dalam pendanaan dari Amerika Serikat, Norwegia dan Inggris, demikian isi pernyataan yang disiarkan oleh Konferensi itu.

"Saya bangga dengan prestasi nyata ini. Kita semua sadar tentang peran sentral yang dimainkan hutan sebagai penyerap karbon, penstabil iklim dan surga keragaman hayati," kata Presiden Konferensi itu Marcin Korolec.

Korolec memuji kesepakatan tersebut sebagai "sumbangan yang sangat besar bagi pelestarian hutan dan penggunaan berkesinambungan yang akan bermanfaat buat rakyat yang tinggal di dalam dan sekitarnya dan umat manusia serta planet ini secara keseluruhan", demikian laporan Xinhua.

Keputusan itu yang disahkan tersebut menyediakan bimbingan untuk menjamin persatuan lingkungan hidup dan memuluskan jalan ke arah penerapan penuh kegiatan REDD+ di lapangan, kata pernyataan itu.

Paket tersebut juga menyediakan dasar bagi transparansi dan integritas tindakan REDD+, memperjelas jalan bagi pendanaan kegiatan terkait dan cara meningkatkan koordinasi dukungan, tambahnya.

Kesepakatan itu diumumkan saat pembicaraan iklim selama dua pekan, yang bertujuan mempersiapkan kesepakatan iklim global yang dijadwalkan disepakati pada 2015, memasuki saat-saat akhir.

Sumber :
http://www.antaranews.com/berita/406311/konferensi-iklim-sepakati-pengurangan-buangan-gas-rumah-kaca

Thursday, November 21, 2013

COP19 Warsawa : Indonesia Paparkan Inisiatif Hijau Dalam Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung

indonesiacop19.com - Warsawa, Polandia - Delegasi Indonesia menyelenggarakan sesi seminar bertema "Green Initiatives on Protected Forest, Production Forest and National Parks", yang diselenggarakan di booth Pavilion Indonesia pada area konferensi perubahan iklim COP-19/CMP-9 UNFCCC di Stadion Narodowy, Warsawa, Polandia pada Jumat (15/11/2013).


Staf Ahli Menteri Kehutanan bidang lingkungan dan perubahan iklim, Yetti Rusli usai seminar tersebut mengatakan Seminar menghadirkan narasumber dari Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan dan stakeholder terkait seperti Artha Graha Peduli membahas tentang inisiatif hijau pada kawasan hutan konservasi dan hutan lindung, termasuk usaha konservasi kawasan dan spesies.

Dalam seminar tersebut dijelaskan mengenai contoh inisiasi hijau pada Kawasan konservasi Taman Nasional Tambling, Lampung dengan fauna konservasi antara lain Harimau Sumatra. disana konsentrasi fauna harimau sumatara, dikaitkan ekosistem yang dipelihara, sehingga juga memelihara karbon stok.

Juga dijelaskan mengenai hutan produksi dengan pengelolaan berkelanjutan dari kawasan gambut sehingga bisa menjaga karbon stok pada kawasan hutan di Giam Siak Kecil, Riau, Indonesia.

Sedangkan dari Kementerian Kehutanan menjelaskan mengenai contoh pelibatan masyarakat dalam proyek konservasi dan mitigasi perubahan iklim yaitu di Bangkalan Madura, dimana masyarakat diajak untuk menanam pohon Kaliandra Merah, untuk diolah menjadi pelet kayu bakar. (NR Fajar)

Friday, November 1, 2013

Legislator : kebijakan adaptasi perubahan iklim masih rendah

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Kaukus Ekonomi Hijau DPR Satya Widya Yudha mengatakan kebijakan adaptasi terhadap perubahan iklim masih sangat rendah.

"Kebijakan adaptasi perubahan iklim masih sangat rendah. Ini perlu menjadi perhatian serius," ujar Satya di Jakarta, Selasa.



Dia berpendapat hingga saat ini anggaran yang dialokasikan untuk adaptasi masih rendah.

"Buktinya, dari 13 miliar dolar AS dana yang dialokasikan untuk lingkungan hidup. Tidak ada yang dialokasikan untuk adaptasi," tambah dia.

Selain itu juga, tambah dia, aturan yang dibuat oleh DPR juga kurang menyentuh masyarakat di lapisan bawah.

"Kadang masyarakat pada lapisan bawah tidak paham dengan kebijakan yang dibuat," lanjut dia.

Satya menambahkan perlu adanya identifikasi masalah dan melibatkan masyarakat lapisan bawah sehingga UU yang dibuat benar-benar menyentuh mereka.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/402617/legislator--kebijakan-adaptasi-perubahan-iklim-masih-rendah