Pages

Hutan Kunci Bagi Sasaran Pembangunan

Hutan dunia memainkan perang penting dalam peralihan ke ekonomi hijau, tapi pemerintah perlu berbuat lebih banyak guna menjamin hutan tersebut dikelola secara berkelanjutan

Pelet Kayu, Bahan Bakar Alternatif Rendah Emisi

Penggunaan wood pellet (pelet kayu) sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil untuk industri besar, kecil, dan rumah tangga menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan dengan minyak tanah dan gas.

COP19 Warsawa : Indonesia Paparkan Inisiatif Hijau Dalam Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Lindung

"Green Initiatives on Protected Forest, Production Forest and National Parks" COP-19/CMP-9 UNFCCC, Warsawa, Polandia (15/11/2013).

Forest Landscape Restoration: Enhancing more than carbon stocks

ITTO co-hosted a discussion forum on “Forest Landscape Restoration: Enhancing more than carbon stocks” at Forest Day 6, convened during UNFCCC COP18 in Doha, Qatar.

Wednesday, September 25, 2013

Wood Pellets : Tumpuan Energi Masa Depan

Dr. Ir. Yetti Rusli
Staf Ahli IV Bidang Lingkungan Kementerian Kehutanan RI
Siapa tak kenal tarian Gangnam-Style? Tarian menyerupai naik kuda yang dipopulerkan oleh Psy itu mewabah ke seluruh dunia. Sejatinya, tidak hanya demam Gangnam yang sedang melanda Korea Selatan. Negeri Ginseng-julukan Korea Selatan-itu pun sedang keranjingan wood pellets alias pelet kayu.

Hal ini mengemuka dalam seminar Biomass Pellets: Towards a new era of renewable energy yang dihelat oleh Kedutaan Besar Korea Selatan pada 5 September 2013. Dalam acara tersebut Duta Besar Korea Selatan di Indonesia Kim Young-Sun menyatakan bahwa Pemerintah Korea Selatan memandang wood pellets sebagai salah satu incaran dalam meningkatkan investasi bidang produk biomassa dari hasil produksi kehutanan di Indonesia. Bukan tanpa musabab Korea Selatan tertarik dalam mengembangkan investasi di bidang wood pellets. “Sejak 2008 Pemerintah Korea Selatan telah menerapkan kebijakan energi terbarukan,”tutur Young-Sun.  Walhasil pemanfaatan wood pellets selain memberi nilai tambah terhadap perbaikan lingkungan, menurut Young-Sun memberikan keuntungan ekonomis.


Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc dalam Biomass Pellets : Towards a new era of renewable energy
Gran Melia Hotel, 5 September 2013
Duta Besar Korea Selatan
Kim Young-Sun
Senada dengan hal tersebut, Prof Prof Gyu-Seong Han dari Korea Association of Pellet menyoroti mengenai pertumbuhan konsumsi wood pellets di Korea Selatan yang terus melambung. Pada 2012 konsumsi wood pellets mencapai 174.000 ton. “Jumlah itu diperkirakan meningkat pada 2013 menjadi 500.000-630.000 ton ,” tutur Han. Seiring kebutuhan yang terus meningkat, Han menuturkan peluang impor dari negara lain pun terbuka lebar. Pada 2009, Korea Selatan mengimpor 12.043 ton. Jumlah itu meningkat menjadi 20.893 ton pada 2010 dan 29.678 ton pada 2011. “Pada 2012 mencapai 122.447 ton,” ungkap Han.

Prof Gyu-Seong Han


Sementara itu Dr. Yetti Rusli selaku Ketua Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan RI menekanankan mengenai pentingnya pemanfaatan energi terbarukan dalam mengatasi dampak ekologis perubahan cuaca. “Pemanfaatan wood pellets bisa menjadi salah satu solusi mengatasi  timbunan CO2 yang dihasilkan oleh pembakaran fosil,” tutur Yetty. Selain itu Yetty pun menekanan mengenai potensi hutan rakyat dalam mensuplai kebutuhan bahan baku biomassa untuk kepentingan energi terbarukan.

Acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh perusahaan Korea Selatan yang sudah bergerak dalam usaha pemanfaatan biomasa di Indonesia namun juga perwakilan investor. Demam wood pellets membuatnya digadang-gadang menjadi bahan bakar masa depan.

Berikut wawancara Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc dengan salah satu stasiun TV Swasta :


Sumber :
http://greenmadura.or.id/2013/09/wood-pellets-tumpuan-energi-masa-depan/

Tuesday, September 17, 2013

PDRB Hijau Menghitung Kerusakan Lingkungan

Kamis, 24/07/2008 ~ BANDUNG, (PRLM).- Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di sektor kehutanan atau sektor lingkungan lainnya harusnya sudah menggunakan PDRB hijau. PDRB hijau adalah menghitung pendapatan tidak hanya dari produk fisik, seperti kayu atau hasil hutan nonkayu, namun juga kerusakan lingkungan bila suatu produk tersebut tidak ada.

Tuesday, September 3, 2013

Perusahaan Korsel kembangkan Wood Pellet di Indonesia

Sindonews.com – Sejumlah perusahaan Korea Selatan (Korsel) mencoba mengembangkan Wood Pellet di Indonesia dalam upaya mendapatkan sumber energi biomassa. Sebagaimana diketahui, 'Negeri Ginseng' itu telah memberlakukan kebijakan RPS (renewable portfolio standard), di mana perusahaan-perusahaan pembangkit tenaga listrik besar wajib menggunakan energi terbarukan.


Perusahaan konsorsium yang mencakup Depian Co Ltd, SK Forest Co Ltd, Halla Engineering & Construction Co Ltd, Korea Trade Insurance Corporation (K-Sure), Industrial Bank of Korea (IBK), serta Moody Korea (KIS) dan salah satu perusahaan pembangkit listrik di Korea Selatan, berencana menginvestasikan USD17juta untuk memproduksi Wood Pellet dan penanaman tanaman energi di Pelaihari, Kalimantan Selatan. Mereka akan memasok Wood Pellet ke Korea Selatan.

Melalui PT SL Agro Industry dan PT Inhutani III (KSO), konsorsium mulai membangun fasilitas pada tahun ini, yang diharapkan dapat beroperasi serta menghasilkan Wood Pellet pada 2014. Kapasitas pabrik mencapai 100.000 ton per tahun dan akan diperluas hingga 200.000 ton per tahun.

Untuk kemajuan proyek tersebut, PT SL Agro Industry dan PT Inhutani III menyelenggarakan dialog bisnis di gedung Manggala, pada 23 Agustus 2013. Para peserta dialog bisnis ini antara lain Yetti Rusli (Kementerian Kehutanan), PT Inhutani III, PT Inhutani I, II, IV, V, Perum Perhutani, Kedutaan Besar Korea Selatan dan Mitra Korea (K-Sure, IBK, Halla Engineering & Construction dan Depian).

"Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas untuk memproduksi Wood Pellet dan penanaman kayu sekitar 2.000 hingga 5.000 hektar HTI. Saat ini PT Inhutani III sedang mempersiapkannya dan akan memasok bahan baku untuk memproduksi wood pellet," kata Direktur Utama PT Inhutani III, Bambang Widyantoro.

Kim Joonho, (Project Finance Coordination Department Generation & Desalination Director, K-Sure), K-Sure merupakan perusahaan top ke-4 di dunia dalam bidang asuransi perdagangan dan lembaga pemerintah, mengatakan, "IBK akan memberikan pinjaman sebesar USD12 juta dan K-Sure akan sepenuhnya sebagai penjamin."

Kepala Deputy General Manager, Kepala Bidang Prasarana Tim Keuangan IBK, Kim Yi Kon menyebutkan,  "Indonesia merupakan salah satu negara sumber potensial untuk kebutuhan Wood Pellet di Korea Selatan. Selain memberikan pinjaman untuk proyek di Kalimantan Selatan, IBK juga bersedia untuk memfasilitasi pinjaman untuk perusahaan lain di bidang yang sama."

Kepala Proyek Departemen Keuangan 2 Moody Korea (KIS), Ro Ik Ho menuturkan, "KIS merupakan afiliasi dari Moody, yang merupakan salah satu lembaga pemeringkat kredit terkemuka di  dunia, dan KIS akan menerapkan studi kelayakan proyek untuk memberikan keaslian dan meningkatkan kepercayaan publik."

Konselor Kehutanan, Pertanian, Perikanan dan Perubahan Iklim, Kedutaan Besar Korea Selatan, Lee Mira mengatakan, kerja sama konsorsium ini bisa berfungsi sebagai pilot project untuk perusahaan Korea Selatan lainnya yang mencari mitra dalam mengembangkan energi alternatif di Indonesia.

"Konsorsium akan menjadi model yang baik untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia. Namun, sulit bagi mereka untuk menemukan pasangan yang tepat untuk memulai sebuah proyek di Indonesia. Karena itu, Depian Co, Ltd dan PT SL Agro Industry memilih untuk berkolaborasi dengan PT Inhutani III sebagai perusahaan yang dikelola negara,” ujarnya.

Sumber :

Kearifan lokal perlu diterapkan untuk menjaga hutan

Palu (ANTARA News) - Pejabat Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, Susilowati, mengatakan kearifan lokal perlu diberdayakan untuk menjaga kelestarian hutan agar manfaatnya bisa terus dirasakan masyarakat.

"Memang Tuhan menciptakan hutan untuk manusia tapi pemanfaatannya harus bijak," kata Susilowati saat peluncuran pemantauan REDD+ di Palu, Sabtu.



Kepala Bidang Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Dinas Kehutanan Sulawesi Tengah ini mencontohkan di sebuah daerah di Thailand terdapat sebuah kelompok adat yang mengelola hutan dengan bijaksana.

Suku di daerah Chiang Mai itu memiliki populasi sekitar 105 orang dan selama 200 tahun tidak mengalami pertumbuhan penduduk secara signifikan.

"Mereka mengelola hutan dengan baik dengan kearifan lokal yang dimiliki," katanya.

Dia menuturkan, tali pusat setiap anak yang baru lahir dililitkan di sebuah pohon kecil, dan setelah anak itu berusia lima tahun akan diberitahu oleh orangtuanya, "Ini pohonmu, kau harus menjaganya sampai besar."

Setiap pohon di suku pedalaman itu diberi nama sesuai anak yang baru lahir.

"Ini luar biasa, dan harus dicontoh," kata Susilowati.

Berbeda dengan warga yang tinggal di kawasan hutan Dongi-Dongi, Kabupaten Sigi.

Awalnya penduduk di Dongi-Dongi yang berada di kawasan hutan berjumlah sekitar 100 orang, dan kini sudah bertambah menjadi 1.000-an orang. Mereka merambah hutan untuk keperluan hidup, seperti bercocok tanam, dan perumahan.

"Kalau ini dibiarkan maka hutan di sekelilingnya akan habis," katanya.

Saat ini luas hutan di Sulawesi Tengah mencapai 4,1 juta hektare yang tersebar di 10 kabupaten dan satu kota. Dari luas tersebut, terdapat 288,5 ribu hektare lahan kritis, dan satu juta hektare hutan berpotensi kritis.

"Butuh puluhan tahun untuk merehabilitasi hutan berpotensi kritis itu," ujar Susilowati.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/393278/kearifan-lokal-perlu-diterapkan-untuk-menjaga-hutan