Bogor, Indonesia (12 April 2013)_Suatu kajian strategis terbaru sebagai kesiapan terhadap dampak perubahan iklim menunjukkan bahwa perluasan hutan di penjuru bumi dengan menanam lebih banyak pohon adalah ide bagus yang tak terbantahkan. Namun jika tidak ditanam dengan tepat, pembuat kebijakan mungkin hanya akan membuang sumber daya dan berakibat tidak sesuai harapan, tulis sebuah riset oleh Center for International Forestry Research (CIFOR).
Masalahnya terletak pada fakta sederhana bahwa kita tidak pernah tahu pasti apa yang akan terjadi di masa depan andai bumi semakin memanas: “Bagaimana kita bisa merencanakan adaptasi sementara pemodelan iklim sendiri penuh dengan ketidakpastian?” jelas Emilia Pramova, Peneliti CIFOR dan penulis utama Forests and trees for social adaptation to climate variability and change.
Adaptasi berbasis ekosistem, yang bertujuan untuk melindungi jasa ekosistem – seperti purifikasi udara oleh pepohonan atau penyerapan air oleh tanah – terlihat sebagai ”win-win solution” yang akan membantu melindungi manusia dari dampak memanasnya bumi lewat efek pendinginan, serta penyerapan karbondioksida oleh hutan.
Tetapi kesemuanya ini adalah hal baru, Pramova berkata, sehingga membuat rancangan strategi akan sangat sulit.
“Terdapat banyak sensasi tentang bagaimana adaptasi berbasis ekosistem berpotensi sangat efektif sekaligus juga murah, jadi kami memutuskan untuk menunggu dulu adanya bukti aktual ilmiah mengenai hal ini,” lanjutnya.
“Mulai terlihat jika ternyata tidak begitu banyak penelitian tentang adaptasi berbasis ekosistem yang telah dilakukan.”
Namun, penelitian yang telah dilakukan secara kolektif menggambarkan dengan jelas dan tanpa keraguan bahwa strategi adaptasi perubahan iklim berbasis ekosistem memiliki potensi besar untuk melindungi baik manusia maupun areal dari efek perubahan iklim. Hal ini kebanyakan terjadi karena meningkatnya tutupan pohon akan menghasilkan manfaat lain bagi manusia, terlepas dari seberapa besar peningkatan temperatur global yang terjadi.
Pramova dan peneliti pendamping menyatakan bahwa manfaat ini secara umum dibagi menjadi lima kategori.
Pertama, hutan-hutan baru dapat menyediakan hasil-hasil nyata semisal kayu dan madu, meningkatkan dan menambah keragaman penghidupan.
“Hal ini memperlihatkan bahwa penting untuk menjaga jasa ekosistem, bukan hanya demi alam namun juga demi manusia,” ujarnya.
Contohnya para peneliti di Tanzania, Peru dan Honduras menemukan bahwa di saat air mengalami tekanan dan gagal panen atau setelah terjadinya bencana alam, masyarakat masih bisa memanfaatkan hutan untuk membuat arang, kayu bakar, mengambil buah-buahan, jamur dan sumber daya lain, sebagai cadangan.
Kedua, penanaman pohon di areal pertanian mampu mengatur air dan tanah, meningkatkan hasil produksi pangan. Riset di Malawi dan Zambia menunjukkan bahwa lebih banyak pohon akan membantu tanah menjaga nitrogen dan air, dan riset lain di India mendokumentasikan tentang peningkatan budidaya gandum.
Ketiga, daerah aliran sungai (DAS) hutan mampu mengurangi hilangnya air akibat kekeringan tanah serta membantu mengurangi kerentanan terjadinya banjir karena badai yang kerap terjadi.
Keempat, hutan semisal mangrove mampu melindungi kawasan pantai – sebuah keharusan terlepas dari ancaman naiknya temperatur mengingat topan, badai dan siklon akan terus mengancam.
“Adaptasi berbasis ekosistem adalah pilihan tanpa penyesalan yang sederhana,” terangnya.
Kelima, menanam lebih banyak pohon di kawasan perkotaan bisa jadi berdampak sangat penting untuk kehidupan masyarakatnya mengingat perkotaan akan terus mengalami kenaikan temperatur.
Menggantikan tanah dan pepohonan dengan beton dan bangunan menimbulkan efek pemanasan di areal perkotaan, di mana kawasan perkotaan akan memanas lebih cepat ketimbang kawasan perdesaan yang lebih hijau: kota-kota di New Jersey akan lebih panas sekitar 2.7 hingga 3.3 derajat Celsius daripada wilayah perdesaan. Di Manchester, hanya dengan meningkatkan tutupan hijau sebanyak 10% mampu mengurangi temperatur hingga 2.2 derajat.
Namun dari semua kasus tersebut, lanjutnya, bukti tentang manfaat adaptasi berbasis ekosistem sangat kuat di tingkat lokal, sayangnya lemah di perspektif bentang alam yang lebih luas.
“Kami tahu dengan pasti bahwa terdapat bukti kuat di tingkat lokal, semisal masyarakat penghuni hutan yang memanfaatkan hasil hutan, namun bukti lain semakin memudar seiring meluasnya tingkatan,” terangnya.
“Kita harus memahami sesuatu dari perspektif ekologis yang lebih luas – jika kita menanam spesies pohon tertentu di hulu sebuah DAS misalnya, bagaimana hal ini akan memengaruhi suplai air di kawasan hilir jika kekeringan terjadi?”
“Kita harus lebih melibatkan pengetahuan ekologis untuk memastikan bahwa tidak ada yang dikorbankan dan justru sebaliknya bagaimana hal tersebut menghasilkan lebih banyak manfaat bersama.”
Sumber :
http://blog.cifor.org/15072/riset-mengapa-menanam-lebih-banyak-pohon-selalu-merupakan-ide-bagus