Pages

Saturday, July 7, 2012

RIO+20 : Inikah Masa Depan yang Kita Inginkan?

Para pemimpin dunia dituntut untuk tidak membuang kesempatan bersejarah dan segera beraksi di Rio+20.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon dalam sambutannya membuka Konferensi Pembangunan Berkelanjutan atau yang dikenal dengan nama Rio+20 semalam di Brasil.

Ban Ki-moon menyeru pada lebih dari 100 kepala negara dan pemerintahan yang hadir dalam konferensi tersebut untuk mengubah “kata-kata menjadi aksi” guna memastikan dunia meraih masa depan yang kita inginkan. “Jangan membuang-buang kesempatan, semua mata tertuju pada kita,” ujar Ban Ki-moon.

Lebih dari 40.000 peserta menghadiri konferensi pembangunan berkelanjutan ini termasuk walikota, anggota parlemen, staff PBB, perwakilan bisnis, lembaga masyarakat dan organisasi-organisasi lokal maupun internasional.

Dalam pertemuan ini juga dibahas rancangan teks “The Future We Want” atau “Masa Depan yang Kita Inginkan” yang berisi 283 poin terkait upaya mengurangi kemiskinan dan upaya menerapkan ekonomi hijau serta pembangunan yang berkelanjutan.

Dari pengamatan Hijauku.com, hanya dua poin dalam dokumen “The Future We Want” yang secara tegas memutuskan aksi bersama. Yang pertama adalah poin 84 mengenai pembentukan forum politik tingkat tinggi antarpemerintah (a universal intergovernmental high level political forum) yang akan menggantikan Komisi Pembangunan Berkelanjutan (Comission on Sustainable Development). Dan poin 86 mengenai rencana negosiasi format dan struktur dari forum tersebut di Sidang Umum PBB.

Komitmen guna memerkuat peran Program Lingkungan PBB (UNEP) juga dinyatakan dalam poin 88. UNEP akan menjadi otoritas utama yang mengarahkan agenda lingkungan dunia dan membantu penerapan pola pembangunan yang berkelanjutan. Upaya memerkuat UNEP ini dilakukan dengan menjamin ketersediaan dana dan memerkuat peran UNEP dalam penyebaran informasi lingkungan.

Kritik muncul pada poin-poin lain yang penting namun tidak mendapatkan perhatian dan aksi yang tegas. Kumi Naidoo, Direktur Eksekutif Greenpeace International dalam siaran persnya menyatakan, Rio+20 telah gagal memenuhi prinsip ekologi, ekonomi dan keadilan (equity). “Kita dijanjikan ‘Masa Depan yang Kita Inginkan’ namun yang ada (di Rio+20) hanyalah visi bersama untuk (terus) mengeksploitasi bumi, menguras laut dan merusak hutan,” ujarnya.

Beberapa poin penting mengenai upaya mengurangi kemiskinan, menjamin keamanan pangan, air, sanitasi dan energi – yang menjadi bagian dari Target Pembangunan Milenium, MDGs – muncul tanpa target dan keputusan yang jelas dan terkesan hanya mengulang komitmen sebelumnya.

Demikian juga poin mengenai perubahan iklim. Walaupun menyadari bahwa perubahan iklim adalah masalah terbesar bagi kemanusiaan, tidak ada target tegas untuk mengurangi gas rumah kaca yang konsentrasinya kini terus meningkat. Konsentrasi CO2 – yang merupakan gas rumah kaca terbesar – di sejumlah wilayah dunia sudah mencapai 400 PPM, melampaui batas aman yaitu 350 PPM.

Sangat lambannya aksi ini disadari oleh Ban Ki-moon. Menurut Ban, sejak dilaksanakannya Konferensi Bumi (Earth Summit) 20 tahun yang lalu, belum banyak kemajuan yang diraih menuju pembangunan yang berkelanjutan.

Hal ini diperparah oleh konflik politik dan kepentingan antara negara-negara maju yang seharusnya memimpin peralihan ke ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.

Konferensi Bumi (Earth Summit) yang juga berlangsung di Rio de Janeiro, telah menetapkan Agenda 21 – cetak biru konsep pertumbuhan ekonomi yang bisa menjamin keadilan sosial dan menjaga lingkungan.

Dengan berlangsungnya Konferensi Pembangunan Berkelanjutan, “kita diberikan kesempatan kedua,” ujar Ban. “Saatnya untuk berpikir secara global dan lokal. Saatnya memulai lagi di Rio+20.”

Source : http://www.hijauku.com/2012/06/21/inikah-masa-depan-yang-kita-inginkan/


View Larger Map

0 comments:

Post a Comment

Silakan memberikan komentar :) terimakasih sudah berkunjung ke forestforlife.web.id