Demikian dikatakan Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kementrian Kehutanan, Yuyu Rahayu di Bogor, Senin (23/7).
Yuyu menyebutkan tingkat deforestasi atau kehilangan hutan di tahun 2000-2006 berada pada angka 1,25 juta hektare per tahun.
Namun, angka ini menyusut relatif drastis di tahun 2009-2011 yakni 0,45 juta hektare hutan per tahun. "Artinya usaha reboisasi, intensifikasi pengelolaan hutan, penyuluhan dan penekanan ilegal logging cukup berhasil," kata Yuyu.
Menurut dia, ada sekitar 675 ribu lahan hutan yang bisa diselamatkan per tahun karena adanya sejumlah program kementrian kehutanan tersebut.
Meski demikian, pemerintah dan masyarakat masih harus mewaspadai kemungkinan kebakaran hutan akibat kekeringan. Sebab, kebakaran hutan yang besar akan kembali menaikkan laju deforestasi.
Dengan sekitar 675 ribu hektare hutan yang berhasil diselamatkan ini juga telah menurunkan emisi karbon hingga 489 juta ton karbon.
Lebih lanjut dikatakan Yuyu, penanaman pohon tidak sekadar menanam dan menambah pohon yang ada, tetapi lebih kepada pemberdayaan masyarakat untuk mengelola pohon tersebut sehingga bisa memberikan pekerjaan kepada masyarakat.
Sementar itu, Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim Dr. Ir. Yetti Rusli mengatakan diperlukan data representatif yang jelas tentang kondisi biomassa hutan kita.
Menurut dia, Indonesia masih miskin data sehingga angka emisi karbon yang sudah dihasilkan pun angkanya masih belum representatif. Meski, hasilnya tidak akan jauh dari data yang sudah dikeluarkan. "Kita harus menunjukkan akurasi data," katanya.
Selain itu, Indonesia juga masih mencari-cari partner yang siap membeli emisi karbon kita. "Australia menyatakan siap tahun 2015, sedangkan Jepang masih on going disccussion," lanjut Yetti.
Diakui Yetti, sejumlah pihak sudah memulai pembelian karbon ini. Namun, skalanya kecil dan baru dalam taraf pembelajaran. Disebutkan Yetti misalnya Gunung Walat yang merupakn proyek IPB dengan Jepang serta hutan di Sumatera Barat dengan Belanda.
Lebih lanjut dikatakan Yetti, Indonesia merupakan salah satu negara yang masih memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia sehingga memainkan peran yang sangat penting dalam penyerapan CO2 untuk menurunkan emisi dunia.
Peran ini telah ditunjukkan pemerintah melalui peraturan presiden Nomor 61/2011 tentang rencana aksi nasional GRK. Pemerintah juga berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 26 persen pada tahun 2060 dengan kemampuan sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional.
Jika sudah terbentuk pasar karbon dalam mekanisme REDD+, Indonesia berkomitmen mengurangi gas karbon di atas 41 persen tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/node/197151
0 comments:
Post a Comment
Silakan memberikan komentar :) terimakasih sudah berkunjung ke forestforlife.web.id